| Dwi Anugrah Mugia Utama | Bobotoh | Mountaineering | Vegetarian | Working Class | Partikel Bebas |

Jumat, April 29, 2011

Gunung Papandayan Garut

Gunung Papandayan tempoe doeloe tahun 1910 *istimewa

Gunung Papandayan, sebuah gunung yang familiar nama nya yang berada di wilayah Kab.Garut, jujur saja saya pun sudah cukup lama dan amat tertarik untuk mengunjungi gunung Papandayan ini.Namun baru bisa terpenuhi bulan Maret kemarin, pada saat itu ajakan dari rekan-rekan Outdoor Adventure and Nature Clubs (OANC) langsung saya setujui untuk ikut turut serta. Perjalanan dimulai di salah satu sudut terminal Cicaheum Bandung, pada saat kami untuk berjanjian jam setengah 9 malam, setelah saya menyelesaikan menyaksikan tim favorite saya berlaga PERSIB Bandung melawan sang musuh bebuyutan PERSIJA Jakarta, namun sayang hasilnya sangat menyesakan untuk dibahas. untung saja saat itu saya akan melakukan sebuah perjalanan, terbayang jika malam itu hanya mengurung diri di kamar, tentu akan menjadi sebuah malam yang sangat panjang dan penuh sumpah serapah menyesali tim kebanggan dihancurkan sang rival di kandang sendiri.
Ketika saya sudah sampai ditempat dimana kita janjian, disebuah 'restoran sampah' khas Negeri Paman Sam ternyata salah satu rekan saya Anwar sudah sampai terlebih dahulu ditemani Hot Chocolate pesanan nya. Belum lama kami berdua berbincang-bincang datanglah Tika dengan carrier 40 liter hitam nya. Tanpa komando saya pun segera mengontak Roby menanyakan posisi dia berada. 
"Udah deket bro, 5 menit lagi juga sampe. Ga usah buru-buru lah bro, gw tau ko PERSIB kalah :D " balas Roby
"Sialan.... ngecengin nih" gerutu ku dalam hati

Ternyata benar saja kurang dari 5 menit ternyata Roby sudah sampai di luar restoran cepat saji tersebut.
"Berangkat sekarang?" timpalku
"Tunggu ada satu orang lagi yang mau ikut" jawab Tika
"Lah bukan nya rombongan dari Bandung cuma 4 orang doang" sambung Roby
"Ada satu orang lagi namanya Nova" sambung Tika
Oh ya sudah sms ka... belum sempat Tika menekan tuts HP nya, ternyata orang yang dimaksud sudah menefon terlebih dahulu. Ketika sedikit berkenalan dengan yang punya nama NOva tersebut, kami pun sesegera memasuki terminal Cicaheum, namun setelah mencari sampai ujung terminal ternyata bus antar kota dengan tujuan Ciawi sudah tidak ada sama sekali, mungkin karena sudah kemalaman. Kami pun mau tidak mau harus memakai jasa Elf. Selepas meninggalkan terminal sang kernet Elf pun mulai meminta ongkos Rp.10.000/orang nya. Kira-kira 2 jam lamanya kami habiskan diatas mobil Elf menuju Kota Garut. Sebelum sampai di kota Garut kami pun diberitahukan agar siap-siap turun karena sebentar lagi tiba diterminal Guntur.
Soblog! lagi-lagi tertipu supir!
"Bukan nya Elf ini sampai daerah Ciawi a? "timpalku pada sang kernet"
"Bukan ini mah a cuma sampe terminat Guntur aja...." jawab sang kernet dengan cukup dingin.
Akkhhhhh..... ya sudahlah, mau ribut pun males. Terpaksa dengan perasaan berat hati kami pun ikut turun di terminal Guntur Garut.
Anwar pun mencoba mengontak rombongan dari OANC Jakarta, kira-kira sudah sampai mana dan kemungkinan besar sampai Garut jam berapa.
Ternyata rombongan dari Jakarta pun turun di terminal Guntur ini, namun mereka baru tiba sekitar pukul 3 subuh. Oh ya sudahlah, akhirnya kami bermila sepakat untuk beristirahat di Masjid di dsalah satu sudut terminal Guntur Garut. Saya, Roby dan Anwar menghabiskan malam sambil berbincang-bincang sedangkan Tika dan Nova lebih memilih untuk memejamkanm ata di pelataran Masjid. Sekitar pukul 3 subuh entah itu lebih atau kurang, rombongan dari Jakarta pun datang, ternyata diluar dugaan rombongan Jakarta ini 10 orang, berarti rombongan ini total ada 15 orang, waduh udeh kaya tim SAR aja nih hehehehe
Adzan Subuh pun berkumandang... itu berarti sudah menunjukan kurang lebih pukul setengah 5 subuh, kami semua pun yang ber agama Muslim segera mengambil air wudhu satu persatuuntuk ikut shalat subuh berjamaah.
Selepas melaksanakan shalat subuh kami segera melakukan packing terakhir membereskan barang bawaan yang sempat tercecer karena dipergunakan. Namun pada saat beberapa orang sedang melakukan negosiasi dengan supir angkot carteran ternyata Nova meminta izin pada kita semua, kalau dia tidak bisa ikut berangkat ke Papandayan, menurut dia agak sedikit tidak enak badan, mungkin gara-gara tidur diatas ubin Masjid kali ya, sehingga bisa masuk angin. Ya sudahlah akhirnya rombongan pun berkurang satu, kali ini rombongan yang pasti berangkat berjumlah 14 orang. Setelah masalah nego menego dengan sang supir angkot menemukan kata sepakat, kami pubn menaiki angkot satu persatu, namun beberapa carrier harus direlakan disimpan di atas angkot, meskipun dengan perasaan cemas carrier andalan jatuh selama perjalanan. Kurang lebih 1 jam dihabiskan dalam angkot carteran, perjalanan yang awalnya melewati jalanan protokol kota Garut mulai memasuki jalan yang relatif kecil yang hanya muat untuk 2 mobil berukuran normal saja, jalurnya pun lambat laun mulai terasa menanjak. Pukul 06.50 akhirnya kami sampai juga di pertigaan daerah Cisurupan Garut, nampaknya kehadiran para pendaki bagi masyarakat sekitar merupakan pemandangan yang lumrah dan biasa, karena memang hampir setiap weekend Gunung Papandayan ini kerap dikunjungi para pendaki. Kendaraan berjenis pick up yang sehari-hari nya digunakan untuk mengantarkan sayur pun berjajar denga rapih nya, untuk mengantar para pendaki menuju tujuan berikutnya yakni pos utama/ lapangan parkir kawasan wisata Gunung Papandayan Garut. Oh ya tarif yang dipungut untuk sekali jalan menggunakan jasa mobil sayur ini yakni Rp.8.000/orang nya. Kurang lebih setengah jam lamanya kami terombang ambing diatas mobil terbuka ini, nyaris seperti kambing yang akan diantar pada pemasok hehehe. Karena selain naik turun jalur yang kami lalui pun jalan nya jauh dari kata sempurna alias butut bergelombang. setelah sampai digerbang utama Gunung Papandayan, kami pun harus membayar retribusi sebesar Rp.5.000/orang nya. Selepas membereskan masalah administrasi kami semua segera melakukan persiapan akhir, mulai dari buang air, melakukan peregangan otot sampai memanjatkan doa agar kami dijauhkan dari marabahaya selama perjalanan, sejenak sebelum langkah pertama kulirik jam yang melingkar ditangan ternyata sudah menunjukan pukul 09.10. 
pertigaan cisurupan

photo seasons menjelang keberangkatan di gerbang utama/lapangan parkir Gunung papandayan
Trek awal yang kami lalui yakni pemandangan kawah papandayan dengan kepulan asap yang begitu tebal dibeberapa titik.Mau tidak mau pijakan kaki harus berhati-hati diatas tanah belerang bentukan baru yang gembur. Bahkan mata pun terkadang terasa pedih saat angin meniupkan belerang, belum lagi pernapasan yang sedikit terganggu akibat bau belerang yang terkadang begitu menyengat. Namun mata dan hati justru sangat termnajakan dengan pemandangan yang begitu mahadasyat ciptaan sang Khalik. Bahkan energi kawah Papandayan begitu terasa sangat nyata, karena kepulan asap dan kawah yang menyembur dari dalam tanah hanya hitungan beberapa meter saja dari ragawi ini.

trek awal Gunung Papandayan
Selepas melalui trek awal kawah khas Gunung Papandayan kurang lebih 45 menit lamanya, kami pun melewati jenis trek yang berbeda yakni jalanan yang cukup besar seukuran jalan protokol di kota-kota besar, namun dibeberapa titik seperti terdapat bekas longsoran tanah, bahkan di ujung jalan kita harus mengambil jalan kebawah seperti memotong jalan, karena jalan yang biasanya dilalui seperti longsor sampai berpuluh-puluh meter. Selepas itu kami melewati jalur yang kembali berbeda, kali ini jalan setapak melewati hutan khas jalur di gunung pada umumnya. Tanpa terasa kami sudah berada di kawasan pondok salada, kulirik kembali jam di tangan ternyata baru menunjukan puukul 11.5-. Itu berarti dari gerbang utama/tempat parkir melakukan trekking sampai pondok salada ini memakan waktu kurang lebih sekitar 3 jam. Saya pun baru tau jika kali ini akan mendirikan camp disini, sangat diwajarkan karena saya baru pertama kalinya kesini hehehehe
Tanpa perintah rekan-rekan yang lainnya pun mulai mendirikan tenda di salah satu sudut pondok salada, selagi rekan-rekan yang lainnya mendirikan tenda, saya pun mencoba berjalan-jalan disekitaran pondok salada. Padang Edelwise yang mulai tumbuh bermekaran seolah menghipnotis saya untuk menghampiri, wow amazing!
Kalau boleh jujur ini merupakan pengalaman pertama saya melihat bunga abadi ini langsung dari pohonnya dan dalam jumlah yang sangat banyak pula, kampungan ya hehehe
Allhamdulilah kesampaian juga, meskipun tidak bisa memiliki nya, namun memiliki foto dan merasakan nya secara langsung pun sudah lebih dari cukup bagi saya.
bunga abadi :)
Setelah puas akhirnya saya pun kembali pada rombongan untuk bantu-bantu acara masak memasak. Menu siang itu pun terbilang cukup mewah untuk ukuran di gunung, selain spagethi bolognese, corned, ikan sarden, chicken nugget serta buah melon segar untuk cuci mulut. Tapi justru menu mewah seperti ini adalah sebuah penyiksaan bagi saya hehehe. Saya pun hanya memakan spaghetti dan sedikit sarden saja. Selepas makan ternyata awan sudah mulai tidak sabar mengeluarkan isinya, hujan pun sedikit demi sedikit membesar membasahi anak manusia di sekitaran pondok salada Gunung Papandayan. Seolah tanpa perintah rekan-rekan satu persatu memasuki tenda tidak terkecuali saya. Ternyata hujan yang turun pun seakan membesar dan tanpa disadari tiba-tiba diri ini pun tertidur ditemani suara gemericik air dan suhu udara yang mulai dingin. 
"Bangun bro... udah sore" suara sumbang dari luar tenda membangunkan tidur siang yang cukup singkat namun sangat memulihkan stamina dan tenaga tentunya.
Secara refleks, seperti saat berada di rumah saya pun langsung memasak air untuk membuat segelas kopi panas. Yup, menikmati kopi panas ditemani sebatang rokok ditengah alam seperti inimemang luar biasa nikmatinya meskipun itu cuma kopi hitam biasa.Dengan kopi-kopi mahal buatan kedai kopi product kapitalis yang tumbuh subur di mall-mall pun berani diadu tentunya hehehe.
Teman-teman yang lainnya pun segera mengajak untuk mempersiapkan makan malam, menu nya pun masih sama persis seperti tadi siang, menu ala OANC hehehe Ketika selesai menyantap makanan istimewa ini ternyata jam sudah menunjukan pukul 9 malam, kami semua pun sedikit berbincang-bincang dan bersanda gurau agara lebih menghangatkan suasana. Oh ya sebenarnya keadaaan pondok salada pada malam itu jauh dari kata kesan gunung, mengapa? rame banget. Ada beberapa kelompok besar entah itu dari kelompok pecinta lama atau mahasiswa yang sedang melakukan pendidikan. Bahkan salah satu kelompok besar yang mendirikan camp di pondok salada bagian atas bagi saya amat mengganggu, mereka beberapa kali membunyikan entah itu petasan, lodong atau senjata. Tapi satu yang pasti suara-suara yang dihasilkan sangat kencang dan membuat saya dan yang lainnya beberapa kaget. Belum lagi efek yang ditimbulkan bagi para hewan penghuni pondok salada dan sekitarnya, tentu mereka pun akan sangat terganggu atau bahkan bisa sedikit stress akibat suara dentuman yang memekakan telinga. Dasar jelema bodo!
"Wow.... supermoon!" celoteh seorang teman sambil memandang ke atas langit yang malam itu sangat bersahabat, bulan pun muncul secara penuh sehingga headlamp pun nyaris tidak berguna sama sekali malam itu. 
"Tidur yuk....." ajak seorang teman
Ketika kulirik jam ditangan, benar saja sudah menunjukan jam 11 malam. Seolah tanpa perintah pun pasukan OANC mulai memasuki tenda nya masing-masing untuk beristirahat.
Pukul 6 pagi saya pun terbangun, saya pun senag dalam hati "yes saya orang pertama yang bangun" tetapi ketika melihat keluar tenda ternyata Roby sedang asik menikmati segelas susu hangat dan hisapan rokok nya. "Yah ternyata rekor pun masih berlanjut permisa, seumur-umur naik gunung saya belum pernah sekali pun menjadi orang pertama dari rombongan yang bangun tidur pertama kali hehehe.... "
Saya pun mencoba berjalan-jalan disekitaran pondok salada, meskipun masih belekan sedikit-sedikit mah, menikmati keindahan alam dipagi hari sambil sedikit menghangatkan tubuh yang pagi itu sedikit membeku akibat udara dan angin yang begitu dingin nya. Begitu saya kembali ketenda, ternyata rekan-rekan yang lainnya sedang asik masak memasak, waduh.... udah makan lagi aja nih. kalau jam makan nya kaya gini betah banget di gunung nya hehehe


Harmoni alam bersama Chef Farah Queen LOL
Di tengah-tengah perbincangan ternyata rekan-rekan dari OANC Jakarta mengajak kita untuk ke puncak Gunung Papandayan pagi itu, sebenarnya saat itu saya cukup interest untuk ikut serta, namun saya pun teringat jika sore ini saya harus sudah ada di Bandung, karena ada sebuah pekerjaan yang menunggu. Lagipula saat itu rekan-rekan OANC Bandung tidak ada yang akan ikut serta seorang pun, menurut Roby yang telah beberapa kali ke Gunung Papandayan ini, puncak Papandayan bagi dia kurang begitu suka karena hanya hutan yang dipenuhi pepohonan. Tapi kan dia sudah pwernah tidak merasakan penasaran seperti saya hehehe. Ya sudahlah mungkin nanti jika masih diberi umur, saya akan mengunjungi kembali Papandayan dan menginjakan kaki saya di puncak. Ketika kami akan mengakhiri seasons masak memasak, rombongan Jakarta pun mulai berpamitan satu persatu untuk bergerak menuju puncak. Thanks Sob..... (sobarna LOL) atas perjalanan singkat nan berkesan ini hehehehe
Selapas rombongan pergi kami pun mulai menghabiskan masakan yang telah selesai dibuat, namun ketika sedang asik-asik nya bersantap, tiba-tiba seorang teman bersuara dengan ritme yang cukup tinggi,
Allahuakbar gempa!
Saya pun secara refleks melihat gelas yang terisi penuh bandrek susu didepan mata, ternyata benar saja isi gelas tersebut seperti sedang dikocek-kocek. Tapi allhamdulilah guncangan nya tidak terjadi terlalu lama, hanya beberapa saat saja dan guncangan nya pun tidak terlalu besar, tapi cukup lah untuk shocktheraphy kami semua. Mungkin sebenarnya ini lebih tepat dibilang lini dibanding gempa, tapi tetap saja seram. Selepas menyelesaikan ritual makan-makan dan packing barang bawaan, kami pun sudah bersiap kembali untuk meninggalkan Gunung Papandayan dan kembali ke kota Bandung tercinta.
Rute yang kami lalui pun masih sama seperti kemarin, rute pertama jalan setapak ditengah hutan, dilanjut jalur besar tanah merah dan diakhiri jalur melewati kawah. Namun pada saat itu saya meminta izin pada rekan-rekan yang lainnya untuk turun terlebih dahulu, karena dari dulu saya sangat menyukai jika sedang perjalanan turun berlari-lari kecil selain agar lebih cepat sampai juga sedikit latihan keseimbangan tubuh. Namun pada saat itu pada saat di wilayah kawah saya yang pada saat itu seorang diri karena teman-teman yang lainnya jauh dibelakang. Saking asiknya berlari-lari kecil saya pun baru tersadar mengapa jalur yang saya lewati kali ini berbeda dengan yang kemarin. Jalur kali ini lebih menanjak keatas dan tanah belerang yang saya injak pun serasa makin tipis dan semburan-semburan lava dari bawah tanah pun lebih jelas terdengar. Subhanallah... Allahuakbar...
Ternyata saya keluar dari jalur dan masuk ke tanah-tanah belerang bentukan baru yang sangat gembur. Jujur. pada sat itu saya cukup ketakutan, selain saya sedang sendirian saya pun tiba-tiba teringat film Journey To The Center Of The Earth yang diperankan aktor Brendan Fraser. Ditengah-tengah kepanikan tiba-tiba saya melihat 5 orang berjalan jauh dibawah sana, sebenarnya saya tidak bisa melihat jelas siap yang ada dibawah sana karena pada saat itu kacamata tidak saya pakai dan disimpan di dalam carrier.Tiba-tiba salah seorang dari mereka berteriak, tapi entah siapa dan berteriak apa karena suara yang terdengar sangat kecil.
"Wi kesini" sayup-sayup suara itu mulai terdengar
Oh benar, tenyata yang dibawah itu teman-teman saya, mau tidak mau saya pun harus melewati kembali jalur rapuh yang sebelumnya saya lewati. Denagn perasaan cukup gugup saya pun mulai mengayunkan langkah secara perlahan-lahan, takut saya salah memilih pijakan. Kurang lebih 5 menit saya berjalan layaknya anak kecil yang baru bisa berjalan, akhirnya sampai jugalah saya dijalur yang semestinya. tetapi ternyata rekan-rekan yang lainnya sudah lumayan jauh didepan, saya pun kembali mengeluarkan jurus lari-lari kecik hehehe (dasar manusia kaga ada kapoknya hehehehe.
ketika sedikit tersesat :)
Tanpa terasa saya pun ternyata sudah ada dibarisan paling depan kembali, beberapa ratus meter menjelang parkiran/gerbang utama tiba-tiba saya mendengar suara orang dipukul.
Buk... Bak... Plak...
Secara refleks pun saya menoleh kearah kanan arah suara itu berasal, meskipun terhalangi beberapa pohon kecil. OO... ternyata eh ternyata saya melihat segerombolan ABG labil yang sedang dipukuli oleh beberapa orang yang dilihat dari segi usia dan ukuran badan pun jauh lebih besar. Ketika saya melirik kembali , tanpa sengaja saya melihat beberapa atribut yang mereka kenakan seperti jacket dan bendera. Ternyata mereka adalah segerombolan ABG labil yang sedang melaksanakan ospek khas salah satu genk motor made in Bandung. saya tidak mungkin salah melihat, karena lambang dan warna kebangsaannya bukan sesuatu yang asing bagi saya. Dari jaman saya masih bersekolah ditingkat SMP, salah satu genk motor ini sudah hadir disekeliling saya, bagimana tidak komplek tempat saya tinggal salah satu basis utama genk ini. tapi allhamdulilah saya tidak sedikit pun tertarik ikut yang kaya beginian. Sudahlah, daripada saya melihat orang disiksa dengan modus ospekan lebih baik saya segera melanjutkan perjalanan turun yang menyisakan beberapa meter lagi saja. Begitu kami semua sampai di warung beristirahat sejenak sambil ditemani teh hangat dan pisang goreng dari ibu warung, ternyata hujan mulai turun dengan cukup lebat. Allhamdulilah... begitu sampai pas hujan. 
Ternyata hujan yang turun sudah lumayan lama juga, hampir 2 jam.kami diguryur hujan selama berada di tempat parkiran. Ketika hujan mulai berkurang sedikit demi sedikit saya melihat dari kejauhan segerombolan pendaki yang mendekat, ternyata mereka semua adalah rombongan teman-teman dari Jakarta. Yahhhhhhh...... tau nya cuma beda 2 jam dan ketemu dibawah pula, ikut ke puncak deh :( dasar belum rezeki nya.
Kami pun mulai menaiki mobil pick up yang sudah menunggu kami semua untuk mengantar sampai bawah/pertigaan cisurupan. Oh ya tarifnya pun masih sama seperti kemarin ketika naik Rp.8.000/orang nya. Sesampainya dipertigaan cisurupan kami pun melanjutkan dengan angkot carteran untuk sampai tujuan berikutnya terminal Guntur Garut., ongkos nya pun lagi-lagi masih sama Rp.7.000/orang nya. Setelah menghabiskan kurang lebih 1 jam diatas angkot carteran, akhirnya kami pun sampia di terminal Guntur. Setelah saling berpamitan dan berdoa atas keselamatan yang diberikan Tuhan selam aperjalanan, tim pun otomatis terbagi menjadi dua, satu tim menggunakan bus jurusan Jakarta serta saya dengan yang lainnya menuju kota Bandung tercinta tentunya.


Gunung Papandayan, jaga tempat mu baik-baik... tunggu saya datang kembali... menyapa mu... tersenyum pada mu…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar